Blog dan Artikel Manajemen :

JFDI - Just Fuc*ing Do It..!

Sebenarnya, saya tidak yakin dengan asal akronim JFDI ini. Namun ada yang menterjemahkan dengan Just Focus and Do It, ada juga yang mengatakan Just Freakin’ Do It. Walaupun yang paling populer (dan agak kasar) adalah Just Fuc*ing Do It. Anda juga bisa membuat versi Anda sendiri dengan kata berawalan huruf “F” lainnya.

 

Intinya adalah, JFDI mengacu pada penundaan yang biasa ditemukan pada dunia usaha. Dimana manajemen maupun engineer dan staff lainnya berusaha menemukan 1001 macam alasan untuk TIDAK melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan performa usaha.

 

JFDI itu tentang sikap “lakukan saja, dan lakukan sekarang”. Jangan terlalu banyak menunggu, jangan menunda, jangan terlalu banyak analisa dan mengumpulkan data dalam jumlah besar. Lakukan saja lah.. Memiliki 60% solusi saat ini, jauh lebih baik dari pada memiliki 100% solusi beberapa bulan mendatang.

 

Kita ini hidup dalam dunia yang penuh kompetisi. Tak ada tempat bagi bisnis yang klemar-klemer (lambat seperti siput).

 

Sikap JFDI sangat diperlukan dalam sebuah bisnis. Karena kalau tidak, maka kita akan berputar-putar di situ-situ saja. Menunggu waktu yang tepat, menunggu data yang lengkap, menunggu dan terus menunggu untuk mendapatkan keputusan yang menyenangkan semua pihak. Seringkali, justru saat sedang “asyik” menunggu dan mencari-cari alasan, pasar telah berubah. Sehingga, keputusan yang telah diambil tersebut menjadi usang, dan harus diambil keputusan baru.

 

Berdasarkan pengalaman, banyak perusahaan yang sibuk mengumpulkan data, membuat grafik, bikin management report, tapi minim tindakan! Orang-orangnya lebih banyak terlibat dalam pengumpulan data dan analisa, ketimbang mengeksekusi analisa yang ada. Saya punya istilah yang beken untuk hal ini: Paralysis by Analysis!

 

Sadarilah, bahwa tak ada satu pun yang sempurna di dunia ini. Tak ada! Demikian juga dalam bisnis. Tak ada satu pun keputusan, tindakan, atau solusi yang sempurna. Tidak mungkin kita mendapatkan solusi yang sempurna dari sebuah persoalan. Kita juga jarang mendapatkan suara bulat dari peserta rapat, atas akar persoalan dari sebuah masalah yang kita ajukan. Namun, satu hal yang pasti, jika kita menunggu untuk bisa mendapatkan solusi yang sempurna. Maka kemungkinan besar, kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil dari tindakan yang harusnya sudah dilakukan.

 

Dengan JFDI ini, saya sama sekali tidak menyarankan untuk membabi buta dalam mengambil keputusan atau menentukan tindakan. Tidak juga menyarankan seorang atasan untuk menjadi diktator di tempatnya bekerja. Sama sekali tidak. Kita berbicara tentang membuat suatu keputusan (dan tindakan) yang cepat, beserta dengan data yang masuk akal. Ketimbang membuat analisa berlebihan maupun berdebat mengenai isu-isu yang tidak mengarah pada datangnya keputusan.

 

Apakah JFDI sejalan dengan filosofi Continuous Improvement? Tentu saja! Contoh paling mudah adalah Kaizen Blitz. Anda bisa membaca tentang Kaizen Blitz disini dan disini.

 

Perlu juga di ketahui, bahwa salah satu potensi masalah dengan penerapan JFDI adalah kemungkinan membuat keputusan yang salah dikarenakan data tidak benar atau adanya data yang hilang. Namun, berdasarkan pengalaman, hal ini jarang terjadi. Lagipula, kerugian karena tidak mengambil tindakan atau keputusan jauh lebih besar ketimbang kerugian karena membuat suatu keputusan/tindakan yang salah.

 

Potensi masalah lainnya adalah timbulnya rasa “keterasingan” bagi staff ataupun team manajemen yang telah nyaman bekerja pada kondisi sebelum JFDI dilakukan. Beberapa diantaranya akan sanggup beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan metode pengambilan keputusan/tindakan yang cepat. Namun, mereka yang tidak mampu beradaptasi akan tersingkir atau malah “mengganggu” jalannya organisasi.

 

 

Panji R.

Managing Director
PT. Integra Solusi Dinamika
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.